Kripik Tempe Sadang
Jika anda mengadakan perjalanan ke daerah Jawa Timur dan melewati kota Ngawi, tidak ada salahnya jika anda mampir keperkampungan penghasil kripik tempe terpopuler di daerah Jawa Timur ini. Adalah kota Ngawi kota kecil yang masyarakatnya menggantungkan hidup dari bisnis rumah tangga di samping bertani.
Di desa Sadang inilah penghasil kripik tempe Dengan kualitas baik gurih dan renyah bisa anda peroleh. Tempatnya yang hanya berjarak kurang lebih 2 kilometer dari pusat kota membuat pengunjung lebih mudah menemukan tempat produksi kripek tempe yang konon penghasilannya terbesar di jawa timur. Sehingga tidak heran jika ngawi di juluki kota kripik. Dan yang tak kalah uniknya lagi selain harganya murah cemilan ini mampu memikat bagi siapa saja yang pernah singggah di kota ngawi karena cita rasa dan teksturnya yang gurih dan khas. Sehingga cemilan yang berlabel kripik tempe sadang (ya mungkin dinamai sadang karena daerah penghasilnya di sadang itu sendiri), kini semakin dikenal masarakat luas baik dalam maupun luar kota . Hasil kreasi yang pantas dibanggakan. Karena Selain menciptakan makanan yang sehat juga membantu pemerintah dalam mencanangkan hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Semoga
Bercermin dari usaha rumahan produksi Kripik Tempe Sadang ini Berbisnis kripik tempe bisa dibilang menjanjikan. Tak hanya Bahan baku yang mudah di dapat cara menghasilkanya pun juga tak begitu rumit. Dapat dibilang modal sederhana hasil memuaskan. Bandingkan saja untuk membuat satu bungkus kripik tempe dengan kapasitas perbungkus antara delapan sampai sepuluh lembar kripik, pengrajin cemilan ini hanya membutuhkan satu batang tempe dengan ukuran kantong plastik tiga seperempat kilogram. jika satu batang tempe mentah di hargai Rp 2000, berarti untuk dibuat tempe kripik harus bisa diperoleh kurang lebih dua puluh lembar irisan tipis tempe dari satu batang tempe mentah. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah awal trik memulihkan modal
( satu batang jadi dua bungkus dengan isi masing-masing 10 lembar kripik tempe siap konsumsi). Dengan harapan dari perhitungan kasar semacam ini pihak produksi akan mengais untung yang lumayan baik. Ditambah lagi sekarang budaya ngemil yang sudah membudaya menjadi sebuah kebutuhan masyarakat. Disertai dengan penyediaan cemilan yang sudah menjalar ke berbagai tempat seperti di pasar-pasar, di toko-toko atau tempat yang biasa banyak orang berlalu lalang karena tujuan jauh yakni terminal bus atau stasiun kereta api peluang itu akan mempermudah cara penyaluran hasil produksi rumah tangga ini dan tidak perlu susah payah berkeliling menjajakan.
Namun Perlu disadari semakin ketatnya persaingan industri bisnis di masyarakat sekarang khususnya dalam hal penjualan oleh-oleh atau makanan khas, perlu diwaspadai keberadaanya apalagi di pasaran kini sangat beragam baik jenis merk atau kemasan jajanan yang lebih memikat hati dan selera konsumen. Dengan kata lain jangan sampai oleh-oleh khas suatu daerah akan lenyap begitu saja karena peminat yang semakin menyempit dan berujung pada pemberhentian produksi dikarena gulung tikar kalah bangkrut dengan produksi pabrik yang kian hari kian membius khalayak umum. Hal yang sungguh menyayangkan bukan? Kreatifitas yang seharusnya menjadi ikon yang mampu membawa daerahnya menjadi contoh daerah lain karena kekretifanya itu harus pupus karena hasil produksi yang mulai tenggelam sepi peminat.
Jika sudah demikian ketat dan pesatnya persaingan dagang di negeri ini maka bagi para pengais rejeki dari makanan khas di daerah-daerah atau industri rumah tangga ini harus pintar-pintar dan mampu berpikir kretif dan inovatif dalam menciptakan dan mempertahankan hasil kreasinya agar tetap langgeng memperoleh kepercayaan di masyarakat. Salah satunya seperti kripik tempe ini yang selama ini hanya kita kenal dengan satu rasa saja mungkin sudah saatnya untuk sedikit berbenah diri dengan mengadakan inovasi baru namun tak mengubah ke khasan dari citra kreasi itu sendiri. untuk lebih menarik konsumen mungkin ditambahkan lagi cita rasa yang beragam misalkan kripik tempe rasa balado, kripik tempe rasa rica-rica, kripik tempe rasa ayam bawang, kripik tempe rasa pedas , kripik tempe rasa keju dan lain sebagainya. Dan untuk kemasanya pun juga bisa dipercantik dengan tampilan yang menarik pula yang tak kalah saing dengan makanan produksi pabrik. Dengan demikian kepercayaan dari masyarakatpun akan bertambah jika pihak pemroduksi memperhatikan betul kelangsungan dari hasil produksinya dan yang pasti untuk mengubah anggapan bahwa kripik tempe adalah makanan jadul makananya wong ndeso.
Wawan. Ngawi 2010