Pemuda Sang Pembunuh Bangsa

Pemuda identik dengan perubahan, maju dan mundurnya suatu bangsa dipengaruhi akan keberadaan pemuda, ada kalanya para orang tua memberi mandat kepercayaan kepada insan yang dinamai pemuda. Pemuda menjadi barometer. Banyak kisah yang berhasil diukir di sepanjang sejarah kehidupan manusia. Seperti di jepang bahwa mereka rata-rata yang berusia 30 tahun sudah mampu mencetak prestasi menakjubkan, Mori Arinori diusia 24 tahun menjadi Menteri Pendidikan pertama di Jepang di Era Meiji! Sang arsitek revolusi, Yukichi Fukuzawa menjadi delegasi Jepang ke Amarika diusia 25tahun. Dan sang kaisar Meiji sendiri menjadi kaisar diusia 15 tahun. Tak hanya di jepang saja di Indonesia pun sebenarnya juga tak sedikit pemuda yang mampu mencetak segudang revolusi. Pada umur 26 tahun Soekarno mampu mendirikan PNI ( partai nasional Indonesia) dan menjadi presiden pertama Indonesia diusia 44 tahun, Habibie pada usia 29 tahun menjadi kepala riset perusahaan penerbangan di Hamburg, Jerman. Hamka pada usia 21 tahun telah menulis banyak buku antara lain “Pembela Islam”, “Ringkasan Tarikh Islam”,”Adat Minangkabau Dan Agama Islam”. Sungguh kisah menarik dari pemuda, benar-benar menjadi biang pembaruan.
Memang Menggembirakan jika pemuda harapan bangsa mampu mewujudkan dan membangkitkan karakter bangsa menjadi bangsa yang kokoh dan beradijaya. Dengan  Segudang impian dan prestasi yang berhasil  mereka raih karena mau dan  mampu melebarkan sayap selebar-lebarnya untuk berkarya. Jika pemuda dari Negara maju  mampu menorehkan berbagai prestasi, lantas bagaimana dengan pemuda bangsa Indonesia saat  ini? Masihkah  mampu mengukir segudang prestasi lagi?Dan mampu mengharumkan negeri tempat pemuda itu dilahirkan? 
Namun Fakta yang ada  pemuda ternyata jauh dari harapan, dengungan segelintir prestasi dan kreasi kini sepi bahkan nyaris tak terukir lagi. Jiwa apatisme telah  memberondong hati dan batin diri pemuda. Mereka justru asyik mengukir hal yang tak pantas untuk diwujudkan dan  diadakan.  Seperti  hasil penelitian yang sangat mengejutkan yakni  diungkap oleh komnas perlindungan anak bahwa 62,7 persen remaja SMP tidak perawan lagi,  bahkan siswa SMP dan SMA ternyata 93,7 persen pernah melakukan ciuman, 21, 2 persen remaja SMP mengaku pernah aborsi dan 97 persen pernah menonton adegan mesum?Kabar yang benar-benar lantas membuat kita geleng kepala karna tak percaya dibuatnya, amat  miris.bukanya prestasi dan kebanggaan yang di unggul-unggulkan namun  kebobrokan yang justru mereka ukir, inilah yang ada sekrang ini. Serentetan pemuda sang  pembunuh karakter bangsa.
Lalu kemanakah hilangnya bekal dan peran pendidikan yang selama ini dianggarkan untuk mencetak kader-kader bangsa yang konon mencapai milyaran hingga  trilyunan rupiah. Apakah pendidikan hanya sekedar syarat wajib untuk  diakui  sebagai warga taat hukum???dan ataukah pendidikan sebagai praktik belaka agar tidak di kata Negara terbelakang? Jika benar adanya jangan heran jika tak ada sedikitpun nilai-nilai keluhuran yang membekas di benak dan hati anak bangsa. Apalagi hal itu diperparah dengan siswa di sekolah-sekolah hanya sekedar 3DP yaitu datang, duduk, diam dan pulang. Mereka tak ubahnya dalam dunia pewayangan. Yang hanya bisa berbuat  ketika digerakkan oleh sang dalang. Begitupun  sebaliknya jika dibiarkan lumpuh, lemah tak berdaya sehingga  tak jauh beda dengan boneka-boneka kosong yang tak dapat melakukan perubahan dan kreatifitas diri. Inikah cerminan pemuda era masakini??
Mengerikan.Sungguh berat beban permasalahan yang dipikul bangsa Indonesia. Andai kata pemuda tak menghianati dan mau mengakui bahwa tonggak arah kemajuan bangsa dalam genggamanya mungkin bangsa ini tidak akan sakit dan menderita separah ini.bangsa kita benar-benar sedang sekarat.., Sudah saatnya para pemuda penerus bangsa bangkit dari tidur nyenyak yang berkepanjangan . Untuk melangkahkan kaki kemedan laga pertempuran. Di sana sudah siap menghadang . Singsikan lengan baju, rapatkan barisan , kuatkan kenyakinan langkahkan kaki menuju masa depan kebenaran . Kuatkan tonggak perjuangan . Lanjutkan tongkat estafet pendidikan, jangan menyerah  ditengah jalan. Lebih baik mati berkalang tanah dari pada hidup berkalang noda. Mari wujudkan Negara yang solid karena unggul dalam prestasi dan karya bukan kebobrokan dan kelumpuhan jati diri bangsa yang terus mengendor dan menggerus mental pemuda bangsa kemudian lumpuh lalu bangsa kita mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar